BPBD Musi Rawas Diduga Palsukan Transaksi Ratusan Juta Uang Negara, Bagaimana Kebenarannya?



Musi Rawas - Dugaan pemalsuan tanda tangan dan cap perusahaan muncul terkait belanja persediaan makanan pada Kegiatan Penyediaan Makanan Petugas Piket Siang Tim Reaksi Cepat (TRC) PB BPBD selama 31 Hari dan 31 Malam di Kabupaten Musi Rawas pada tahun 2019. 


Pihak BPBD Musi Rawas diduga melakukan transaksi fiktif dengan RM. Anggalen II Pindang Bambu sejumlah 678 Nasi Kotak, dengan harga satuan Rp. 25.000, total Rp. 16.875.000.


Namun, angka tersebut disinyalir sebagai fiktif, diduga dengan sengaja dilakukan oleh BPBD Kabupaten Musi Rawas. Informasi ini terungkap saat awak media melakukan penelusuran ke pemilik RM. Anggalen II Pindang Bambu, Bambang, yang dengan tegas membantah keaslian berkas tersebut, bahkan menyebutnya palsu.


"2019 yo ibaratnyo sudah 5 tahun, jadi masalah ini waktu itu kalau idak salah dari Intel sudah konfirmasi dengan kito dan sudah kito kasih keterangan samo Kejaksaan. Bahwa mulai dari tanda tangan, cap dan nomor telepon ini palsu. Namo yang dipakai (Syarifudin)itu namo bapak aku tapi cap yang dipakai rumah makan kito disini, rumah makan kami ini kan ado 4, nah namo dalam cap ini pakai namo bapak kito yg rumah makan di Beliti situ, bukan disini yang harusnyo namo aku," ungkapnya kepada wartawan di sela-sela aktivitas Senin, (08/01/2024).


"Kalau nominalnya jelas ini bukan dari rumah makan kito, kareno ini dipalsukan. Dari namo-namo di dalam berkas ini kito jugo idak ado yang kenal samo sekali, cuma ado suami nyo ayuk Nova ini kesini nemui aku nangis-nangis minta tolong. Yo kito sudah kasih keterangan apo ado nyo dengan Kejaksaan dak mungkin kito tarik lagi," lanjutnya.


Bambang mengungkapkan bahwa dirinya sempat terniat ingin melaporkan perkara ini. "Jujur bae masalah ini awalnyo nak kakak tuntut, pihak Kejaksaan jugo sudah konfirmasi kesini harusnyo kito dipanggil kan tapi sampai sekarang idak tau cak mano kejelasan nyo masalah ini, sudah hampir 1 tahun belum ado panggilan. Karenk itulah kito setiap tahun ganti cap, antisipasi kejadian cak ini lah. Kasus ini kakak secara pribadi sudah ditangan Intel Kejaksaan," tutur Bambang.


Namun Bambang menyampaikan bahwa dirinya pernah ditemui oleh suami dari Nova Alma selaku Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan, meminta ia membenarkan SPJ atau isi yang ada didalam berkas tersebut.


"Namo laki nyo Nova ini Haryono Sayuti PNS DPMD, waktu itu datang kesini sambil nangis minta tolong nian kak, cak mano ini kak. Ku jawab yo dak pacaklah kito sudah kasih keterangan dengan Kejaksaan apo ado nyo. Dio minta aku membenarkan mengakui keterangan dalam kertas ini yo aku dak galak lah, " jelas Bambang.


Bambang menegaskan bahwa masalah ini bukan kongkalikong antara dirinya dengan BPBD Kabupaten Musi Rawas, melainkan murni sengaja diduga difiktifkan oleh BPBD Musi Rawas. "Idak, dak ado kongkalikong dari kito. Murni ini disengajo dari dio, "


Yang lebih menggegerkan, Bambang menyebutkan bahwa berkas yang dibawa oleh awak media hanyalah sedikit bagian dari keseluruhan dokumen yang ada. Dimana total nominal dokumen tersebut mencapai Ratusan Juta Rupiah.


"Berkasnyo idak selembar ini, mungkin sampel bae yang kamu bawak ini. Rp. 125 Juta kalau dak salah total galo-galo nyo ni Rumah Makan kito dipalsu nyo tahun 2019 itu. Pernah ku jingok dokumen nyo di Kejaksaan setebal ini nah (menunjukkan perumpamaan ketebalan kertas dengan jari) tapi aku minta dak dikasih samo pihak Kejaksaan," lanjut Bambang.


Sebelum mengakhiri keterangannya kepada awak media, Bambang sempat menuturkan rasa kecewanya karena orang yang dimaksud tidak pernah datang langsung menemui dirinya sekedar untuk meminta maaf.


"Wong ini nongol nian idak kesini, apo minta maaf nian kak aku salah atau apo. Cuma laki nyo bae yang kesini, waktu itu posisi bini nyo (Nova Alma) lagi di Kejaksaan lagi diperikso. Setelah itu sampai sekarang dak katek kabar lagi,"


Di Indonesia, Undang-Undang yang mengatur tentang pemalsuan tanda tangan dan cap perusahaan dapat ditemukan dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Pasal 263 yang mengatur tentang pemalsuan surat atau palsu dalam surat yang berbunyi "Barang siapa membuat palsu surat atau menggunakan surat palsu dengan maksud untuk menyesatkan orang lain, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun."


Lebih lanjut, media akan terus menelusuri kebenaran tentang dugaan penyalahgunaan uang negara tersebut dengan meminta keterangan dari BNPB Kabupaten Musi Rawas untuk melihat dari dua aspek berbeda. (TIM)

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama