Tembilahan 86 berita online com -
Penjabat (Pj) Bupati Indragiri Hilir H. Herman mengadakan rapat bersama Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) sebagai upaya mencapai target prevalensi stunting nasional 14 persen di tahun 2024, diruang rapat kediaman Bupati Jalan Kesehatan, Senin malam (18/12/23)
Pemerintah Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil) telah melakukan beberapa langkah penurunan dalam beberapa tahun terakhir hingga kondisi saat ini baru pada posisi 28.5 persen, sementara kondisi prevalensi balita stunting di Kabupaten Inhil yang terjadi kenaikan sebesar 2.84 persen pada tahun 2022, sementara 1.74 persen tahun 2021.
Pj Bupati berharap percepatan penurunan stunting tahun 2024 ini agar semakin digesa. Untuk capai target nasional, melalui TPPS disusun rencana percepatan penurunan stunting di Inhil.
"Dengan adanya rencana aksi nantinya kita dapat memastikan langkah-langkah yang strategis dan sistematis untuk memperoleh hasil yang pasti, yakni dapat mendukung tercapainya 14 persen," ujarnya
Ia juga mengatakan, salah satu gerakan stategis diawal jabatannya, dengan mengangkat seluruh kepala Organisasi Perangkat Daerah (OPD) dan beberapa pihak swasta sebagai Bapak/Ibu asuh anak stunting yang akan bergerak dalam berbagai hal upaya peningkatan kesehatan keluarga berisiko mulai dari calon pengantin, ibu hamil, ibu menyusui, bayi dua tahun yang mengalami kekurangan gizi.
“Bapak/Ibu asuh anak stunting mengambil peran sosial untuk menyalurkan bantuan kepada anak stunting. Program ini dilakukan guna meningkatkan gizi anak-anak yang mempunyai masalah dalam tumbuh kembangnya” ungkap Herman.
Melalui simpati dan empati dari banyak pihak diyakini dapat menekan potensi lahirnya atau hadirnya anak lahir dengan stunting baru. Untuk itu, pemerintah Kabupaten Indragiri Hilir akan segera menetapkan Bapak/Ibu asuh anak stunting dengan Surat Keputusan Bupati Indragiri Hilir.
“Kita optimis melalui peran Bapak/Ibu anak asuh stunting dapat mencegah lahirnya stunting baru, pasalnya hal itu terpaut pada aspek gizi, untuk meningkatkan gizi keluarga berisiko maka perlu aksi bersama-sama dengan menyalurkan makanan tambahan, makan yang tidak perlu mahal tetapi cukup bergizi, seperti telur, ikan, sayur-sayuran yang semuanya dapat disediakan melalui pemanfaatan lingkungan secara produktif” tutup Herman.(Yanti)..