86BERITA//TASIKMALAYA - Syekh Akhmad Rouhi Ad-dhualibi Al-Jailani lakukan kunjungan ke seluruh Pondok Pesantren di Indonesia terutama Pondok Pesantren yang tertua Indobesia.
Syekh Akhmad Rouhi Ad-dhualibi Al-Jailani merupakan cicit Syekh Abdul Qodir Al-Jailani keturunan yang ke 24 berasal dari Libanon.
Rabu 4 Agustus 2021, Syekh Akhmad Rouhi Ad-dhualibi Al-Jailani kunjungan ke Pondok Pesantren K.H Jumratul Muttaqin yang berada di Kp. Gunung Pari Desa Sukamenak Kecamatan Sukarame Kabupaten Tasikmalaya.
Ajengan Mimih Pimpinan Pondok Pesantren KH. Zumratul Muttaqin menjelaskan, "kunjungan cicit Syekh Abdul Qodir Al-Jailani selain silaturahmi, juga untuk syi'ar, dan mendoakan salah satu Pimpinan Ponpes KH Zumratul Muttaqin. jelasnya
Lanjutnya, Kunjungan cicit Haddratu Syekh Abdul Qodir Al Jailani ke PonPes Zumratul Muttaqin, kp. Gunung Pari Desa Sukamenak Kecamatan Sukarame Kabupaten Tasikmalaya menjadi kebanggaan tersendiri bagi warga desa Sukamenak, khususnya untuk PonPes Zumratul Muttaqin itu sendiri, bisa disambangi cicit keturunan mulia peminpin para wali yaitu Syekh Ahmad Rouhi Ad-dhualibi Al-Jailani. Kata Pimpinan Ponpes Zumratul Muttaqin
Dalam sejarah Islam, setiap abad akan ditemukan satu orang yang menjadi tokoh besar Islam berstatus Mujaddid. Hal ini selaras dengan sabda Nabi Muhammad SAW yang menyatakan bahwasanya Allah akan mengirimkan seorang tokoh pembaharu dalam Islam ditiap 100 tahun sekali yang akan membawa pengaruh besar dalam sejarah umat Islam. Jika pada abad ke 11 M / 5 H, sejarah islam memiliki tokoh Imam al-Ghazali yang terkenal akan gelar hujjatul islam-nya yang mampu mengkolaborasikan antara ruang syariat dengan tarikat dan memiliki karya Ihya’ ‘Ulum ad-Din yang hingga saat ini masih dijadikan rujukan umat islam dalam praktik ibadah. Maka pada abad ke 12 / 6 H sebelum munculnya tokoh masyhur Imam Fakhruddin ar-Razi, kedudukan mujaddid dimiliki oleh seorang yang sukses memadukan antara syariat dan dimensi sufisme secara praktis. Dan beliau mendapat predikat sulthanul auliya’ atau pemimpin para wali. Dia adalah Syaikh Abdul Qadir a-Jailani. Wallahu a'lam bishawab.
Penulis Gian Sugiana